Materi Pembelajaran

Rabu, 11 Agustus 2021

KD 3.13 PERAKITAN PRODUK BARANG/JASA

 

PERAKITAN PRODUK BARANG/JASA


 

 


KOMPETENSI DASAR (PENGETAHUAN)

3.1Menerapkan metoda perakitan produk barang/jasa

 

KOMPETENSI DASAR (KETERAMPILAN

4.13 Melakukan perakitan produk barang/jasa

TUJUAN PEMBELAJARAN

1.   Memahami pengertian dan prinsip perakitan

2.   Menerangkan prose perakitan

3.   Menganalisis sistem perakitan

4.   Mengetahui rancangan perakitan

 


PERAKITAN PRODUK BARANG/JASA

 

A.  PENGERTIAN & PRINSIP PERAKITAN PRODUK

Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen  menjadi  suatu alat  atau mesin  yang  mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya.

Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan semua bagian-bagian  komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.

Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses manufaktur lainnya, misalnya  proses  permesinan  (  frais,  bubut,  bor,  dan  gerinda  )  dan  pengelasan  yang sebagian pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara dalam perakitan bisa meliputi berbagai proses manufaktur.

 

B.  METODE PERAKITAN.

Dalam produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan dengan cara otomatis, misalnya proses pengikatan, pengelingan, pengelasan, penyekrupan, dan lain-lain dalam urutan rangkaian proses produksi. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan hasil pada setiap produk dengan bentuk yang standar.

1. Metode perakitan  ditinjau dari proses penyambungan komponen

a. Metode Cascade

Metode Cascade adalah metode perakitan antara komponen dengan langkah yang berurutan. Pada prinsipnya metode ini banyak digunakan untuk sistem pengabungan antara komponen dengan menggunakan rivet atau paku keling. Dalam proses pengabungan atau penyambungan antara komponen dari bahan pelat-pelat tipis. Metode Cascade ini banyak digunakan untuk perakitan dengan menggunakan sistem sambungan riveting atau keling. Proses riveting ini dengan menggunakan alat sederhana yakni perangkat penembak paku. Alat ini menjepit paku yang sudah dimasukkan dalam lobang hasil pengeboran pelat yang akan disambung. Selanjutnya alat ini ditekan secara bertahap sampai batang paku putus.

b. Metode Keseimbangan

Metode keseimbangan dalam perakitan merupakan proses penyambungan komponen- komponen dengan menggunakan spot welding. Penggunaan perakitan dengan las spot ini sangat banyak digunakan untuk penyambungan pelat-pelat tipis. Aplikasi proses penyambungan dengan spot welding ini digunakan di industri mobil dan kereta api, juga industri pesawat terbang yang menggunakan bodinya dari bahan pelat-pelat tipis. Keseimbangan yang dimaksukan dalam proses ini adalah posisi sambungan dibeberapa titik harus dilakukan secara seimbang.

c. Metode Bongkar Pasang (Knock down)

Metode bongkar pasang atau istilah yang lebih populernya adalah knock down merupakan metode yang banyak digunakan untuk perakitan. Metode bongkar pasang ini bertujuan diantaranya :

- Memudahkan dalam mobilitas atau transfortasi.

- Memudahkan untuk proses perawatan atau penggantian komponen bagian dalam.

- Memudahkan dalam operasional pekerjaan.

- Konstruksi menjadi lebih sederhana

Penggunaan lebar bahan dan jenis dapat dengan mudah diterapkan dalam perakitan. Proses perakitan dengan metode knock down ini umumnya menggunakan sambungan baut dan mur ataupun screw. Perakitan dengan metode ini harus dilakukan secara teliti, terutama dalam hal pengeboran lobang-lobang yang akan dirakit. Pengeboran lobang- lobang ini biasanya dilakukan dengan memberi posisi dasar pemasangan. Lobang yang tidak tetap lebih besar dari lobang yang tetap. 

2. Metode perakitan ditinjau dari sifat komponen yang dirakit

a. Metode perakitan yang dapat ditukar tukar.

Pada metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan satu sama lain (inter changeable), karena bagian tersebut dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan sudah distandarkan baik menurut ISO, DIN, JIS, dan lain sebagainya. Keuntungan bila kita menggunakan bagian atau komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang lebih cepat dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat diganti dengan komponen yang sejenis yang ada di pasaran. Akan tetapi tetap mempunyai kerugian yaitu kita harus membeli komponen tersebut dengan harga yang relatif lebih mahal.

b. Perakitan dengan pemilihan.

Pada metode perakitan dengan metode pemilihan, komponen-komponennya juga dihasilkan dengan produksi massal yang pengukuran-pengukurannya tersendiri menurut batasan-batasan ukuran.

c. Perakitan secara individual.

Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya. karena dalam pengerjaannya harus berurutan tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang berpasangan tersebut kita selesaikan terlebih dahulu, kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran patokan yang diambil dari komponen yang pertama.

 

 

 

3. Faktor Yang Paling Berpengaruh Pada Proses Perakitan

a.    Jenis bahan yang akan dirakit

b.    Kekuatan yang dibutuhkan

c.    Pemilihan metode penyambungan

d.    Pemilihan metode penguatan

e.    Penggunaan alat bantu perakitan

f.     Tolerasi

g.    Bentuk/ tampilan produk

h.    Ergonomis

i.      Finishing

 

4. Prosedur Perakitan

Prosedur perakitan kedalam beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut :

a.    Persiapan

b.    Pelaksanaan

c.    Penyelesaian 

C.   SISTEM PERAKITAN DAN KESEIMBANGAN LINTASAN

1. Sistem perakitan

Ada beberapa macam jenis perakitan yang sering digunakan di dunia industri, hal ini tergantung pada pekerjaan yang akan dilakukan. Biasanya faktor bentuk dan jumlah produk yang akan dihasilkan sangat menentukan. Pada umumnya ada dua macam jenis perakitan yaitu :

ü  Perakitan   Manual yaitu;   perakitan   yang   sebagian   besar   proses   dikerjakan   secara konvensional atau menggunakan  tenaga manusia dengan peralatan yang sederhana tanpa alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.

ü  Perakitan  otomatis yaitu;  perakitan  yang  dikerjakan  dengan  sistem  otomatis  seperti otomasi, elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.

Sedangkan untuk jenis perakitan dapat dibedakan menurut jenis produk yang akan dilakukan perakitan yaitu;

ü  Produk tunggal Jenis perakitan tunggal yaitu perakitan dengan produk hanya satu jenis saja

ü  Produk  seri  Jenis  perakitan  produk  seri adalah  bila  perakitan  dilakukan  dalam  jumlah massal  dalam  bentuk  dan  ukuran  yang  sama.

Contohnya  proses  perakitan  produk elektronik, perakitan mobil, perakitan motor dan lain-lain.

 

2. Terminology Keseimbangan Lintasan

Istilah - istilah dalam keseimbangan lintasan :

  • Elemen kerja : yaitu bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam proses perakitan
  • Elemen kerja minimum : yaitu bagian terkecil dari suatu elemen kerja yang sudah tidak dapat  terbagi lagi.
  • Total Waktu Pengerjaan : yaitu  jumlah waktu  yang dibutuhkan untuk mengerjakan semua elemen sepanjang lintasan
  • Waktu   proses   stasiun   kerja   :   yaitu   jumlah   waktu   yang   dibutuhkan   untuk mengerjakan semua elemen kerja yang berada distasiun kerja kerja tersebut
  • Waktu siklus: yaitu jarak waktu antar produk yang dapat dihasilkan pada lintasan
  • Diagram pendahuluan : yaitu suatu grafik yang   mengambarkan urutan   elemen kerja yang diberi symbol node dengan tanda panah sebagai penghubung antar node yang menunjukkan aliran tiap elemen .

3. Metode Keseimbangan lintasan

 

 a. Metode Bobot Posisi

Metode bobot posisi sering dikenal pula dengan pendekatan Helgeson – Birnie. Metode ini dikembangkan oleh W.B. Helgeson dan D.P Birnie pada tahun 1961 dan merupakan metode heuristic yang paling awal dikembangkan. Metode ini merupakan gabungan antara  metodeLargest – Candidate rule dan metode Killbridge and waster. Pada prinsipnya metode bobot posisi memperhitungkan nilai bobot posisi ( ranked positional weight), dan elemen yang memiliki bobot posisi terbesar diletakkan pda urutan teratas.

b. Metode pendekatan wilayah

Metode  pendekata  wilayah  dikembangkan  oleh  BedworthMetode  ini  merupakan pengembangan dari pendekatan Helgeson – Birnie ( metode bobot posisi), Mansor dan Killbridge and wester. Pada prinsipnya metode ini berusaha membebankan terlebih dahulu pada operasi yang memiliki tanggung jawab keterdahuluan yang besar.

c. Metode Largest Candidate Rule

Metode Largest Candidate Rule adalah metode yang mengurutkan elemen kerja berdasarkan lamanya waktu operasi.

d. Metode keseimbangan lintasanTerkomputerisasi

Beberapa metode lintasan komputerisasi yang sudah banyak diterapkan, yaitu sebagai berikut:

COMSOAL (Computer Methode of sequencing Operation For Asembbly Lines) meskipun bukan metode computer pertama yang dikembangkan namun metode ini cukup dipertimbangkan untuk mengatasi      persoalan keseimbangan lintasan dibandingkan dengan metode sebelumnya

CALB (Computer Assembly Line Balancing), CALB dapat digunakan pada lintasan tunggal maupun campuran

ALPACA (Assembly Line Planning and Control), merupakan metode pertama kali dikembangkan oleh General Motors pada tahun 1967.

 

Sumber : https://operatordikdasmen.blogspot.com/2020/08/materi-perakitan-produk-i-produk.html

 

KD 3.12 PROSES PRODUKSI MASSAL

 

PROSES PRODUKSI MASSAL



KD 3.12 Menerapkan Proses Produksi Massal

Tujuan Pembelajaran

Setelah mencermati materi dari guru siswa dapat :

1.    Mengklasifikasukan proses produksi nassal

2.    Mengurutkan proses produksi massal

3.    Menerapkan proses produksi massal

4.    Merancang produksi massal

5.    Melakukan produksi massal

 

Pengertian Proses Produksi

Proses produksi memiliki dua pengertian yaitu, pengertian proses dan pengertian produksi. Suatu cara, metode, atau teknik bagaimana mengubah sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan kekayaan alam yang ada untuk memperoleh suatu hasil yang optimal disebut dengan proses, sedangkan produksi adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan barang atau jasa dengan cara mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga barang tersebut memiliki nilai tambah.

Maka, dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah cara, metode, serta teknik untuk menciptakan, mengolah, atau memberi nilai tambah bagi suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Proses produksi juga dibedakan berdasarkan karakteristik aliran prosesnya maupun tipe pesanan langganannya.

Sebagai catatan dalam perusahaan manufacturing, aliran produk sama dengan aliran bahan mentah, sedangkan dalam industri jasa, proses produksi tidak ditunjukan dengan aliran produk secara fisik, tetapi oleh urutan – urutan operasi yang dilaksanakan dalam pemberian pelayanan.

Proses Produksi

a.    Siklus Proses Produksi :

        Proses Produksi (Produk Dalam Proses)

        Input (Bahan Baku)

        Out Put (Produk Jadi)

 

b.    Proses Produksi

Yang dimaksud proses produksi adalah kegiatan mengolah produk dengan mengorbankan berbagai biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung dari bahan mentah / baku menjadi produk jadi siap untuk dijual.

c.    Unsur-unsur Biaya Produksi

Ada tiga macam unsur-unsur biaya produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead (biaya umum). Biaya bahan baku (BBB) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan utama pembuatan produk. Contoh :

        Bahan baku produk mebel adalah kayu

        Bahan baku produk roti adalah terigu

        Bahan baku pakaian adalah kain

Jenis Proses Produksi

Proses produksi yang dilihat dari aspek arus proses pengolahan bahan mentah sampai menjadi produk akhir dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

1.              Proses produksi terus-menerus (countinuos process)

Merupakan proses produksi yang mempergunakan peralatan produksi yang disusun dan diatur dengan memperhatikan urutan kegiatan dalam menghasilkan produk atau jasa, serta arus bahan dalam proses yang bersifat permanen (tidak bisa diubah). Contohnya perusahaan yang memproduksi obat seperti Kalbe Farma

2.              Proses produksi terputus-putus (intermitten process)

Merupakan kegiatan produksi yang dilakukan dengan alat multiguna. Dengan menggunakan alat multiguna tersebut kegiatan produksi dapat dilakukan secara fleksibel. Proses produksi terputus-putus dapat ditemui didalam usaha berbasis pelayanan, misalnya usaha desain dan cetak offset, dimana pihak produsen melakukan proses produksi sesuai pesanan konsumen, sehngga akan tercipta proses produksi yang berbeda-beda.

Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah berdasarkan pada panjang tidaknya waktu persiapan untuk mengatur  (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses produksi yang terus menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan. Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi produk lain.

 

Sumber : Buku Produk Kreatif Dan Kewirausahaan, Penerbit Andi

 

 

KD 3.11 KEBERHASILAN PRODUKSI MASSAL

 

KEBERHASILAN PRODUKSI MASSAL


KD 3.11. Menentukan Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal

KD 4.11. Membuat Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal

 

Tujuan Pembelajaran

Setelah mencermati materi dari guru siswa dapat:

1.           Menjelaskan indikator keberhasilan tahapan produksi massal

2.           Menentukan indikator tahapan keberhasilan produksi

3.           Menyusun indikator keberhasilan tahapan produksi massal

 

Seorang wirausaha di dalam menekuni usahanya bertujuan untuk meraih keberhasilan. Sebagai pengelola usaha, wirausaha harus dapat mengorganisasi, memanfaatkan, dan meningkatkan sumber daya yang tersedia sedemikian rupa sehingga mampu bersaing dan berkompetitif dengan pelaku usaha lain serta dapat pula memanfaatkan setiap kesempatan yang ada sehingga dapat mencapai tujuan usahanya.

 

A.                      PENGERTIAN KEBERHASILAN USAHA

Keberhasilan identik dengan pendapatan, termasuk dalam produksi massal. Pendapatan merupakan salah satu kriteria bagi kegiatan usaha, yakni dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha adalah suatu kenyataan persesuaian antara rencana dengan proses pelaksanaannya dan hasil yang dicapai. Keberhasilan usaha harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan, yang dimaksud pencapaian tujuan yang popular adalah menghasilkan laba.

Keberhasilan usaha juga dapat diartikan sebagai keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya, dalam hal ini keberhasilan tersebut didapat dari wirausaha yang memiliki kecerdasan, kreativitas, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan konsep wirausaha secara proaktif. Keberhasilan usaha tersebut dapat terlihat dari keadaan usahanya yang lebih baik bila dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Kriteria penting sebagai indikator keberhasilan usaha dalam produksi massal, yaitu:

1.   Kemampuan menyesuaikan diri; bertujuan agar pelaku usaha dapat lebih leluasa dalam bertindak dan nyaman dalam melakukan suatu usaha, sehingga tidak terganggu oleh lingkungannya.

2.   Produktivitas; bagaimana melakukan pekerjaan dalam waktu sesingkat mungkin dengan penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin tanpa mengorbankan kualitas yang ditentukan

3.   Kepuasan kerja; kondisi psikis menyenangkan yang dapat dirasakan oleh pekerja/pegawai di dalam suatu lingkungan pekerjaan atas perannya dalam organisasi dan kebutuhannya terpenuhi dengan baik.

4.   Kemampuan mendapatkan laba dan pencarian sumber daya; keberhasilan suatu usaha dapat diketahui dengan melihat kinerja suatu perusahaan yang diperoleh melalui perbandingan nilai yang dihasilkan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

 

B.                      KRITERIA KEBERHASILAN

Kesuksesan wirausaha disebabkan orientasi pada tindakan yang berada dalam kerangka berpikir wirausaha dimana ide-ide yang timbul dapat segera diterapkan walaupun dalam situasi yang tidak menentu.

Karakteristik berpikir pada tindakan kewirausahaan ada lima, yaitu:

1.   Sangat bersemangat dalam melihat/ mencari peluang-peluang baru

2.   Mengejar peluang dengan disiplin yang ketat

3.   Mengejar peluang yang sangat baik dan menghindari mengejar peluang yang melelahkan diri dan organisasi

4.   Fokus pada pelaksanaan

5.   Mengikutsertakan energi setiap orang yang berada dalam jangkauan mereka.


Kelima karakteristik berpikir tersebut dapat berpengaruh terhahadap keberhasilan sebuah usaha. Terdapat 8 indikator keberhasilan yang membuat usaha atau bisnis meraih kesuksesan atau keberhasilan, yaitu:

1.      Peluang pasar yang baik.

2.      Keunggulan persaingan.

3.      Kualitas barang/jasa.

4.      Inovasi yang berproses.

5.      Dasar budaya perusahaan.

6.      Menghargai pelanggan dan pegawai.

7.      Manajemen yang berkualitas

8.      Dukungan modal yang kuat.

Menurut Dwi Riyanti (2003:28), kriteria yang cukup signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha termasuk dalam produksi massal dapat dilihat dari :

1.         Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal

2.         Jumlah produksi

3.         Jumlah pelanggan

4.         Perluasan usaha

5.         Perluasan daerah pemasaran

6.         Perbaikan sarana fisik dan

7.         Pendapatan usaha


Selain indikator diatas, dalam pengukuran keberhasilan produksi massal juga dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini :

1.     Perhitungan produktivitas dalam perusahaan

Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Sehingga semakin tinggi perbandingannya maka semakin tinggi produk yang dihasilkan. Cara mengukur produktivitas tergantung pada tujuan perhitungan dan data yang tersedia. Salah satu perhitungan produktivitas yang umum digunakan adalah menghitung produksi kotor pekerja selama satu jam kerja. Cara ini dapat menghitung seberapa efisien penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan produk.

2.     Dimensi Produktivitas

Keberhasilan produksi juga dapat dilihat dari dimensi produktivitas, sebagai berikut :

a.      Dimensi sikap kerja; terdiri atas indikator sikap dalam melayani, sikap dalam melaksanakan pekerjaan dan sikap melaksanakan inisiatif kerja

b.      Dimensi tingkat keterampilan; terdiri dari indikator keterampilan pencapaian tugas, keterampilan melaksanakan program, dan keterampilan mengevaluasi pencapaian program

c.      Dimensi hubungan antara lingkungan kerja; terdiri dari hubungan dengan pimpinan, hubungan antar bagian dan hubungan rekan kerja

d.      Dimensi manajemen produktivitas; terdiri dari koordinasi pekerjaan, komunikasi antarbagian dan tanggungjawab pekerjaan

e.      Dimensi efisiensi tenaga kerja; terdiri dari jumlah tenaga kerja, pemanfaatan tenaga kerja, dan pemanfaatan waktu tenaga kerja

f.       Dimensi kewiraswastaan; terdiri dari kemampuan melihat potensi daerah, kemampuan melihat potensi diri dan kemampuan melihat potensi organisasi

 

C.                      FAKTOR KEBERHASILAN PRODUKSI MASSAL

Pengadaan produksi massal sangat bermanfaat dalam membuat suatu produk lebih variatif dengan harga yang relatif murah. Produksi massal dapat menyesuaikan kebutuhan dengan kapasitas produksi secara massal. Untuk mencapai keberhasilan usahanya, seorang wirausaha akan melakukan upaya maksimal untuk mengembangkan usahanya menjadi sukses. Selain faktor dari diri pengusaha, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan produksi, yaitu :

1.      Faktor internal; terdiri dari kualitas SDM, penguasaan organisasi, struktur organisasi, system manajemen, partisipasi, kultur dan budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar dan tingkat entepreneurship.

2.      Faktor eksternal yang dibagi menjadi faktor pemerintah dan faktor non pemerintah; faktor pemerintah antara lain kebijakan ekonomi, birokrat, politik dan tingkat demokrasi. Faktor non pemerintah antara lain system perekonomian, sosio kultur budaya masyarakat, system perburuhan dan kondisi perburuhan, infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat dan lingkungan global.


D.                      INDIKATOR KEBERHASILAN TAHAPAN PRODUKSI MASSAL

Menurut Suryana, terdapat 5 indikator keberhasilan tahapan produksi massal, antara lain :

1.      Modal; untuk memproduksi barang dalam jumlah besar, maka dibutuhkan modal yang lumayan besar karena modal ini digunakan untuk membeli peralatan produksi, bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi. Ketika modal telah siap, maka produksi massal dapat segera dilaksanakan.

2.      Pendapatan; produksi massal dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan pendapatan sesuai harapan, sehingga sebelumnya dilakukan perhitungan potensi pendapatan yang akan diperoleh.

3.      Volume Penjualan; produksi massal dikatakan berhasil jika volume penjualan meningkat sehingga tidak terjadi penumpukan hasil produksi di gudang.

4.      Output Produksi; Output atau hasil produksi sesuai dnegan target yang diharapkan maka produksi massal dikatakan berhasil

5.      Tenaga kerja; keberhasilah produksi massal juga ditentukan dari tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja yang cakap dan kemampuan memahami bidang pekerjaan menjadi penentu keberhasilan produksi massal.

 

Sumber :

Niatingakisah dan Yoga. 2020. Produk Kreatif dan Kewirausahaan Teknik Ketenagalistrikan (C3) Kelas

XII. PT. Kuantum Buku Sejahtera : Malang.

Linda Marwati DKK. 2019. Produk Kreatif dan Kewirausahaan C3 (Bidang Keahlian Teknologi Informasi). Mediatama : Surakarta.

https://id.m.wikipedia.org>wiki>produktivitas diakses 20 Juli 2020